Nama: Novianty Ambarita
Nim: 150388201018
Bagiku Agamaku
Namaku
Nina, umurku baru berusia 7 tahun. Aku seorang gadis
kecil yang belum tahu apa-apa. Saat ini aku bersekolah di SD Al-Muhtadin plus,
sekolah islam yang sangat terpopuler diaerah kampung ku. Aku mempunyai ibu yang
tiap harinya membanting tulang demi sesuap nasi
dan untuk biaya ku bersekolah. Ibuku sangat baik terhadap ku yang
menyanyangi ku dengan sepenuh jiwa dan raganya. Dan aku mempunyai ayah yang
kerjanya hanya duduk diwarung kopi sambil bermain kartu dan batu untuk berjudi
bersama kawannya.
Ada
satu hal yang membuat ku sangat sedih, yaitu agama rasa-rasa seperti tidak
mempunyai agama gitu.. gak tau kenapa? Mm..mungkin prasaanku saja. Tapi, Ayahku
kristen, dan Ibuku Islam. Lalu aku?? Kata Ayah agamaku kristen dan Ibu juga
bilang seperti itu tapi kenapa Ibu bisa beragama Islam? “yah, kenapa agama Ayah
dan Ibu berbeda?”, tanya si anak dengan polosnya. “kenapa kau tanya seperti
itu! “Ayah tidak suka pertanyaan konyol mu itu!”, jawab ayah. “Maafkan Nina
yah”, dengan muka sedih. Tiba-tiba Ibu menghampiri Nina dan bertanya, “kenapa
kamu bersedih, Nak?”, tanya ibu. “tadi aku bertanya sama Ayah Bu, masalah Agama
kenapa Ayah dan Ibu bisa menikah lantaran berbeda Agama”? “itulah yang
dinamakan jodoh Nak, cinta itu buta cinta itu menghanyutkan segala-galanya
cinta itu datang dengan sendirinya”, jawab ibu dengan tersenyum manis.
Aku
sangatlah sedih dengan sikap ayah yang begitu keras kepadaku, terkadang aku
selalu berfikir kapanlah Ayahku baik kepada istri dan anak-anaknya. Aku sangat
kecewa terhadap tingkah lakunya. Terkadang aku kasihan melihat Ibu yang tiap
harinya harus membanting tulang untuk mencari makan.
Disekolah
ku ketika belajar pendidikan Agama Islam, pastilah aku selalu keluar kelas
karena dalam satu sekolah itu hanya diriku yang beragama Kristen. Awalnya sih
dulu orang tua ku ingin menyekolahkan ku ke sekolah negeri, tapi dikarenakan
umur ku yang masih begitu muda aku tidak diterima di sekolah negeri tersebut.
Maka dari tulah orang tua ku menyekolahkan ku di sekolah Islam swasta.
Terkadang aku merasa diriku terasingkan karena perbedaan Agama tadi, aku minder
bermain sama mereka. Tapi teman-teman ku baik kok.
Suatu
ketika guru sedang mengajar bapak yanto namanya. Seorang guru yang
mengajar agama islam di sekolah ini. Pak
yanto mempraktikkan tentang bacaan Al-Quran dan tuntunan gerakan sholat, lalu
aku memperhatikannya aku mendengar suara yang begitu indah dan menyentuh
hatiku. Dengan rasa keingin tahuan yang amat besar, hati ini pun mengajak ku
untuk mempelajari agama Islam tersebut. Aku pun memberanikan diri untuk
bertanya kepada pak yanto tentang agama Islam yang sebenarnya. “Pak Yanto,
bolehkah saya bertanya tentang ajaran Islam? Bolehkah saya belajar mengaji dan
sholat pak?”, dengan rasa takut ku bertanya. “Subhanallah! Boleh sekali Nak, Alhamdulillah
bapak akan mengajarimu hingga kamu benar-benar tahu apa itu islam sesungguhnya”
sambil tersenyum bahagia dengan linangan air mata. Pak Yanto pun mengajariku
dari dasar-dasarnya Islam itu bagaimana, perjuangan nabi Muhammad SAW, turunnya
Al-Quran, Semua dibahas oleh pak yanto.Sedikit demi sedikit aku pun mulai
mengerti apa yang disampaikan beliau kepada ku.
Seketika pulang
sekolah aku berlari-lari pulang kerumah untuk memberitahu kepada ibu kalau
diriku sudah menemukan Agama yang baik menurutku. Sesampai dirumah, “Ibu Ibu!
Dimana Ibu..” sambil berlari mencari disekitar rumah. “ada apa Nina? Kenapa
sampai tergesah-gesah begitu?”,tanya ibu. “Ibu maafin Nina ya Bu, Nina tadi
disekolah belajar Agama Islam Bu, gak tau kenapa hati ini ingin sekali mempelajari
lebih dalam bu tentang islam”. “kalau menurut Nina itu yang terbaik Ibu tidak
apa-apa kok Nak, Ibu tidak bisa melarang mu, selagi itu ada manfatnya dan
mendorong kamu menjadi pribadi yang berahklakul karimah ibu dukung”,jawab ibu
sambil tersenyum. “tapi bu kalau ayah marah sama Nina gimana? Nina takut bu
kalau Ayah marah sama Nina pasti seperti kapal pecah ni rumah”,dengan muka
melas Nina menjawab. “nanti Ibu sendiri yang bilang”. Kamu dengar aja kata Ibu
selagi itu bai buat dirimu Nak, lakukan lah! Ibu selalu ada di belakang mu nak.
Ibu pun langsung
mendaftarkan mengaji ke TPA Al-Muhajirin dekat dengan rumahnya. Nina pun mulai
melakukan aktifitas layaknya seorang muslimah yang sholeh. Walaupun ayahnya
tidak berakhlak, tidak mempunyaai tujuan hidup, suka main judi, suka nongkrong
di warung kopi Nina masih menyayangi dan menghormati Ayahnya. prinsip Nina
“bagiku Agamaku, bagimu Agamamu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar