Senin, 09 Mei 2016

CERPEN KE-1 "Bagiku Agamaku" Karya Novianty Ambarita

Nama: Novianty Ambarita
Nim: 150388201018

Bagiku Agamaku
Namaku Nina, umurku baru berusia 7 tahun. Aku seorang gadis kecil yang belum tahu apa-apa. Saat ini aku bersekolah di SD Al-Muhtadin plus, sekolah islam yang sangat terpopuler diaerah kampung ku. Aku mempunyai ibu yang tiap harinya membanting tulang demi sesuap nasi  dan untuk biaya ku bersekolah. Ibuku sangat baik terhadap ku yang menyanyangi ku dengan sepenuh jiwa dan raganya. Dan aku mempunyai ayah yang kerjanya hanya duduk diwarung kopi sambil bermain kartu dan batu untuk berjudi bersama kawannya.
Ada satu hal yang membuat ku sangat sedih, yaitu agama rasa-rasa seperti tidak mempunyai agama gitu.. gak tau kenapa? Mm..mungkin prasaanku saja. Tapi, Ayahku kristen, dan Ibuku Islam. Lalu aku?? Kata Ayah agamaku kristen dan Ibu juga bilang seperti itu tapi kenapa Ibu bisa beragama Islam? “yah, kenapa agama Ayah dan Ibu berbeda?”, tanya si anak dengan polosnya. “kenapa kau tanya seperti itu! “Ayah tidak suka pertanyaan konyol mu itu!”, jawab ayah. “Maafkan Nina yah”, dengan muka sedih. Tiba-tiba Ibu menghampiri Nina dan bertanya, “kenapa kamu bersedih, Nak?”, tanya ibu. “tadi aku bertanya sama Ayah Bu, masalah Agama kenapa Ayah dan Ibu bisa menikah lantaran berbeda Agama”? “itulah yang dinamakan jodoh Nak, cinta itu buta cinta itu menghanyutkan segala-galanya cinta itu datang dengan sendirinya”, jawab ibu dengan tersenyum manis.
Aku sangatlah sedih dengan sikap ayah yang begitu keras kepadaku, terkadang aku selalu berfikir kapanlah Ayahku baik kepada istri dan anak-anaknya. Aku sangat kecewa terhadap tingkah lakunya. Terkadang aku kasihan melihat Ibu yang tiap harinya harus membanting tulang untuk mencari makan.
Disekolah ku ketika belajar pendidikan Agama Islam, pastilah aku selalu keluar kelas karena dalam satu sekolah itu hanya diriku yang beragama Kristen. Awalnya sih dulu orang tua ku ingin menyekolahkan ku ke sekolah negeri, tapi dikarenakan umur ku yang masih begitu muda aku tidak diterima di sekolah negeri tersebut. Maka dari tulah orang tua ku menyekolahkan ku di sekolah Islam swasta. Terkadang aku merasa diriku terasingkan karena perbedaan Agama tadi, aku minder bermain sama mereka. Tapi teman-teman ku baik kok.
Suatu ketika guru sedang mengajar bapak yanto namanya. Seorang guru yang mengajar  agama islam di sekolah ini. Pak yanto mempraktikkan tentang bacaan Al-Quran dan tuntunan gerakan sholat, lalu aku memperhatikannya aku mendengar suara yang begitu indah dan menyentuh hatiku. Dengan rasa keingin tahuan yang amat besar, hati ini pun mengajak ku untuk mempelajari agama Islam tersebut. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepada pak yanto tentang agama Islam yang sebenarnya. “Pak Yanto, bolehkah saya bertanya tentang ajaran Islam? Bolehkah saya belajar mengaji dan sholat pak?”, dengan rasa takut ku bertanya. “Subhanallah! Boleh sekali Nak, Alhamdulillah bapak akan mengajarimu hingga kamu benar-benar tahu apa itu islam sesungguhnya” sambil tersenyum bahagia dengan linangan air mata. Pak Yanto pun mengajariku dari dasar-dasarnya Islam itu bagaimana, perjuangan nabi Muhammad SAW, turunnya Al-Quran, Semua dibahas oleh pak yanto.Sedikit demi sedikit aku pun mulai mengerti apa yang disampaikan beliau kepada ku.
Seketika pulang sekolah aku berlari-lari pulang kerumah untuk memberitahu kepada ibu kalau diriku sudah menemukan Agama yang baik menurutku. Sesampai dirumah, “Ibu Ibu! Dimana Ibu..” sambil berlari mencari disekitar rumah. “ada apa Nina? Kenapa sampai tergesah-gesah begitu?”,tanya ibu. “Ibu maafin Nina ya Bu, Nina tadi disekolah belajar Agama Islam Bu, gak tau kenapa hati ini ingin sekali mempelajari lebih dalam bu tentang islam”. “kalau menurut Nina itu yang terbaik Ibu tidak apa-apa kok Nak, Ibu tidak bisa melarang mu, selagi itu ada manfatnya dan mendorong kamu menjadi pribadi yang berahklakul karimah ibu dukung”,jawab ibu sambil tersenyum. “tapi bu kalau ayah marah sama Nina gimana? Nina takut bu kalau Ayah marah sama Nina pasti seperti kapal pecah ni rumah”,dengan muka melas Nina menjawab. “nanti Ibu sendiri yang bilang”. Kamu dengar aja kata Ibu selagi itu bai buat dirimu Nak, lakukan lah! Ibu selalu ada di belakang mu nak.
Ibu pun langsung mendaftarkan mengaji ke TPA Al-Muhajirin dekat dengan rumahnya. Nina pun mulai melakukan aktifitas layaknya seorang muslimah yang sholeh. Walaupun ayahnya tidak berakhlak, tidak mempunyaai tujuan hidup, suka main judi, suka nongkrong di warung kopi Nina masih menyayangi dan menghormati Ayahnya. prinsip Nina “bagiku Agamaku, bagimu Agamamu”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar